Muqaddimah Kitab Ihya Ulumuddin Teks Arab Berharokat
Muqaddimah kitab Ihya Ulumuddin Juz 1 muqaddimah Ihya berharokat serta terjemahan- Dalam perjalanan sejarah keilmuan Islam, ada karya monumental yang menjulang tinggi, juga menawarkan pandangan holistik tentang kehidupan manusia
Kitab Ihya Ulumuddin merupakan karya Imam Al-Ghazali, Buku ini menyingkap kearifan spiritual yang selalu dikaji hingga saat ini. Sebagai sebuah pendahuluan yang mengawali perjalanan penulis apa yang mendorong beliau menulis kitab ihya ulumuddin, sehingga kita akan mengembara melalui hikmah, panduan yang disajikan oleh Imam Al-Ghazali.Kitab Ihya Ulumuddin artinya Menghidupkan Ilmu-Ilmu Agama, menjelajahi berbagai aspek kehidupan manusia, muamalah,moralitas, akhlak atau tasawuf. Imam Al-Ghazali dengan bijaksana menggabungkan pengetahuan teologis dengan pengalaman pribadinya yang mendalam, memberikan pemahaman mendalam tentang makna hidup dan tujuan hakiki keberadaan manusia.
Melalui muqaddimah ihya ulumuddin, kita akan terlibat dalam refleksi dan introspeksi diri yang mendalam. Imam Al-Ghazali menyoroti tantangan moral dan spiritual yang dihadapi oleh masyarakat Muslim pada saat itu terutama ulama dan pejabatnya, Dalam serangkaian kitab-kitab dia mengajak kita untuk mempertanyakan kecenderungan kita kepada ilmu duniawi.
Melalui muqaddimah kitab Ihya Ulumuddin ini, kita akan menyadari betapa pentingnya menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama dalam kehidupan kita sehari-hari. Kitab tashawuf Ihya Ulumuddin menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, mengajarkan kita untuk merenungkan kehidupan kita secara mendalam serta apa tujuan hakiki keberadaan kita didunia.
MUQADDIMAH KITAB IHYA ULUMUDDIN TERJEMAHAN
Berikut adalah uraian muqaddimah kitab ihya ulumuddin terjemahan lengkap teks arab berharokat
Pertama, aku memuji kepada Allah dengan pujian yang banyak lagi terus menerus walaupun pujian para pemuja ini lebih rendah dari hak ke Maha Besarannya(nikmat yg telah diberikan) |
أَحْمَدُ اللهَ أَوَّلاً حَمْدًا كَثِيرًا مُتَوَالِيًا وَإِنْ كَانَ يَتَضَاءَلُ دُونَ حَقِّ جَلَالِهِ حَمْدُ الْحَامِدِينَ
|
Kedua, aku bersholawat dan salam atas Rasulnya dengan rahmat mencakup seluruh para rasul bersama penghulu manusia
Ketiga, aku meminta pilihan terbaik kepada Allah Ta'ala mengenai timbulnya tujuanku untuk mengarang suatu kitab tentang menghidupkan ilmu agama
|
وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى رُسُلِهِ ثَانِيًا، صَلَاةً تَسْتَغْرِقُ مَعَ سَيِّدِ الْبَشَرِ سَائِرَ الْمُرْسَلِينَ. وَأَسْتَخِيرُهُ تَعَالَى ثَالِثًا، فِيمَا انْبَعَثَ لهُ عَزْمِي مِنْ تَحْرِيرِ كِتَابٍ فِي إِحْيَاءِ عُلُومِ الدِّينِ. |
Keempat, saya merasa terpanggil untuk memutus keta'ajuban kamu wahai pencela yang berlebihan dalam pencelaanya diantara sekumpulan orang-orang ingkar yang melewati batas dalam menghina dan mengingkari dari sekian sekumpulannya orang yang lalai |
وَأَنْتَدِبُ لِقَطْعِ تَعَجُبِكَ رَابِعًا، أَيُّهَا الْعَاذِلُ الْمُتَغَالِي فِي الْعَذَلِ مِنْ بَيْنِ زُمْرَةِ الْجَاحِدِينَ. المُسْرِفُ فِي التَّقْرِيعِ وَالْإِنْكَارِ مِنْ بَيْنِ طَبَقَاتِ الْمُنْكَرِينَ الْغَافِلِينَ
|
Sungguh telah lepas diam yang mengikat dari lisanku. Kukalungi dengan untaian perkataan selama kalian terus buta terhadap kebenaran yang terang ini |
فَلَقَدْ حَلَّ عَنْ لِسَانِي عُقْدَةُ الصُّمْتِ وَطَوَّقَنِي عَهْدَةَ الْكَلَامِ وَقِلَادَةُ النُّطْقِ مَا أَنْتَ مُثَابِرٌ عَلَيْهِ مِنَ الْعَمَى عَنْ جَلِيَّةِ الْحَقِّ |
Serta terus dalam menolong kebatilan dn kebodohan, memprovokasi buruk kepada orang yang sudah mulai senang untuk menjauh diri sedikit dari kebiasaan ulama su’(ulama tidak mengamalkan ilmu hanya berpenampilan saja)
|
مَعَ اللِّجَاجِ فِي نَصْرَةِ الْبَاطِلِ وَتَحْسِينِ الْجَهْل وَالتَّشْغِيبِ عَلَى مَنْ آثَرَ النُزُوْعَ قَلِيلًا عَنْ مَرَاسِمِ الْخَلْقِ
|
Bergeser sedikit dari kebiasaan itu menuju kepada amal yang diinginkan oleh ilmu. Karena ingin sekali memperoleh kesucian jiwa dan membenahi hati untuk beribadah kepada Allah Ta'ala
|
وَمَالَ مَيْلًا يَسِيرًا عَنْ مُلَازَمَةِ الرَّسْمِ إِلَى الْعَمَلِ بِمُقْتَضَى الْعِلْمِ طَمَعًا فِي نِيلِ مَا تَعَبَّدَهُ اللَّهُ تَعَالَى بِهِ مِنْ تَزَكِّيَةِ النَّفْسِ وَإِصْلَاحِ الْقَلْبِ
|
Dan untuk mendapatkan sebagain umur yang terbuang sia-sia, Karena putus asa dari kesempurnaan mendapatkan nya susunan dan tambalan
|
وَتَدَارُكًا لِبَعْضِ مَا فَرَطَ مِنْ إِضَاعَةِ الْعُمْرِ يَائِسًا عَنْ تَمَامِ التَّلَافِي وَالْجَبْرِ
|
Dan menghindar dari golongan yang Nabi telah menyebutkan mereka, semoga rahmat dan sejahtera Allah tetap atasnya
|
وَانْحِيَازًا عَنْ غِمَارِ مَنْ قَالَ فِيهِمْ صَاحِبُ الشَّرْعِ صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَهُ
|
Orang yang paling berat mendapat azab dihari kiamat adalah orang alim (berilmu), tetapi ilmunya tidak dijadikan bermanfaat oleh Allah SWT.
|
أَشَدُّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَالِمٌ لَمْ يَنْفَعْهُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ بِعِلْمِهِ
|
Demi umurku, bahwasanya tiada sebab keterusanmu pada kesombongan selain penyakit yang umum pada kelompok yang besar, bahkah menimpa mayoritas Karena lalai memperhatikan puncak perkara ini
|
وَلَعَمْرِي إِنَّهُ لَا سَبَبَ لِإِصْرَارِكَ عَلَى التَّكَبُّرِ إِلَّا الدَّاءُ الَّذِي عَمَّ الْجَمَّ الْغَفِيرَ بَلْ شَمَلَ الْجَمَاهِيرَ مِنَ الْقُصُورِ عَنْ مُلَاحَظَةِ ذُروَةِ هَذَا الْأَمْرِ
|
Dan tidak tau bahwa perkara ini agung, dan perkara agung ini adalah serius dan akhirat itu datang, dunia itu berlalu, ajal itu dekat, perjalanan itu jauh, sedangkan bekal itu sedikit, bahaya itu besar, dan jalan itu buntu
|
وَالْجَهْلِ بِأَنَّ الْأَمْرَ إِدٌّ وَالْخُطْبَ جَدٌّ وَالْآخِرَةَ مُقَبِّلَةٌ وَالدُّنْيَا مُدَبَّرَةٌ وَالْأَجَلَ قَرِيبٌ وَالسَّفَر بَعِيدٌ وَالزَّادَ طَفِيفٌ وَالْخَطَرَ عَظِيمٌ وَالطَّرِيقَ سَدٌّ.
|
Dia tidak tau bahwa sesuatu selain ilmu dan amal yang ikhlas karena Dzat Allah adalah tertolak disisi pengeritik yang melihat. dia juga tidak tau bahwa menempuh jalan akhirat beserta banyaknya rintangan tanpa petunjuk dan teman(amal/ulama akhirat) itu melelahkan dan menyulitkan
|
وَمَا سَوَى الْخَالِصِ لِوَجْهِ اللَّهِ مِنَ الْعِلْمِ وَالْعَمَلِ عِنْدَ النَّاقِدِ الْبَصِيرِ رَدٌ وَسُلُوكُ طَرِيقِ الْآخِرَةِ مَعَ كَثْرَةِ الْغَوَائِلِ مِنْ غَيْرِ دَلِيلٍ وَلَا رَفِيقٍ مُتَعَبٌّ وَمَكِدٌّ.
|
Maka, penunjuk jalan adalah para ulama, ulama adalah pewaris para nabi
Sungguh zaman now sudah sepi dari mereka(ulama akhirat) yang tertinggal hanyalah orang yang berpenampilan aja(ulama dunia) dimana kebanyakan mereka tergoda oleh setan, terbujuk oleh orang-orang yang melampaui batas dan lebih suka kepada balasan cash segera.
|
فَأَدِلَّةُ الطَّرِيقِ هُمُ الْعُلَمَاءُ الَّذِينَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ.
وَقَدْ شَغَرَ مِنْهُمُ الزَّمَانُ وَلَمْ يَبْقَ إِلَّا الْمُتَرَسِّمُونَ وَقَدْ اسْتَحْوَذَ عَلَى أَكْثَرِهِمُ الشَّيْطَانُ وَاسْتَغْوَاهُمُ الطُّغْيَانُ وَأَصْبَحَ كُلُّ وَاحِدٍ بِعَاجِلِ حَظَّهُ مُشْغُوفًا
|
Maka ia melihat kebaikan itu adalah kemungkaran, dan kemungkaran itu kebaikan sehingga ilmu agama itu hilang dan menara petunjuk itu terhapus di seluruh penjuru bumi
|
فَصَارَ يَرَى الْمَعْرُوفَ مُنْكَرًا وَالْمُنْكَرَ مَعْرُوفًا حَتَّى ظَلَّ عِلْمُ الدِّينِ مُنْدَرَسًا وَمِنَارُ الْهُدَى فِي أَقْطَارِ الْأَرْضِ مُنْطَمِسًا
|
Mereka mengansumsikan negatif kepada masyarakat bahwa ilmu itu gak ada, selain fatwa dari pemerintah dimana para hakim tersebut mempergunakan untuk memutuskan persengketaan ketika merajalelanya kezhaliman
|
وَلَقَدْ خَيلًّوْا الى الْخَلْقِ أَنَّ لَا عِلْمَ إِلَّا فَتْوَى حُكُومَةٍ تَسْتَعِينُ بِهِ الْقُضَاةُ عَلَى فَصْلِ الْخِصَامِ عِنْدَ تَهَاوُشِ الطُّغَامِ
|
Atau(ilmu itu adalah) perdebatan yang di gunakan oleh pencari kemegahan sebagai benteng untuk menjatuhkan, memenangkan. Atau(ilmu itu adalah) puisi yang dihiasi dipergunakan sebagai wasilah oleh dai/penceramah untuk membujuk/menipu orang awam
|
أَوْ جَدَل يَتَدَرَّعُ بِهِ طَالِبُ الْمُبَاهَاةِ إِلَى الْغَلْبَةِ وَالْإِفْحَامِ أَوْ سَجْعٍ مُزَخَّرَفٍ يَتَوَسَّلُ بِهِ الْوَاعِظُ إِلَى اسْتِدْرَاجِ الْعَوَامِ
|
karena mereka tidak melihat selain tiga perkara ini sebagai pemburu perkara haram atau meraup harta dunia
|
إِذْ لَمْ يَرَوْا مَا سَوَى هَٰذِهِ الثَّلَاثَةِ مُصِيدَةً لِلْحَرَامِ وَشَبَكَةً لِلْحَطَامِ
|
Adapun ilmu jalan menuju akhirat yang ditempuh oleh salafus sholeh disebut oleh Allah SWT dalam kitabnya dengan fikih, hikmah, ilmu, cahaya, Nur, hidayah, petunjuk.
Maka sungguh (ilmu menuju akhirat ini) sudah terlipat(tidak diperhatikanlagi) dikalangan makhluk dan menjadi sesuatu yang dilupakan
|
فَأَمَّا عِلْمُ طَرِيقِ الْآخِرَةِ وَمَا دَرَجَ عَلَيْهِ السَّلَفُ الصَّالِحُ مِمَّا سَمَّاهُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ فِي كِتَابِهِ فِقْهًا وَحِكْمَةً وَعِلْمًا وَضِيَاءً وَنُورًا وَهُدًى وَرُشْدًا
فَقَدْ أَصْبَحَ مِنْ بَيْنِ الْخَلْقِ مُطَوَّيًا وَصَارَ نَسِيًّا مَنْسِيًا
|
Ketika hal ini menggerogoti agama secara menyeluruh dan urusan yang gelap gulita, maka saya berpendapat bahwa sibuk menulis kitab ini penting untuk menghidupkan kembali ilmu agama
|
وَلَمَّا كَانَ هَٰذَا ثُلْمًا فِي الدِّينِ مُلِّمًا وَخُطْبًا مُدَلِّهِمَا رَأَيْتُ الِاشْتِغَالَ بِتَحْرِيرِ هَٰذَا الْكِتَابِ مُهِمًّا إِحْيَاءً لِعُلُومِ الدِّينِ |
Membuka jalan imam-imam terdahulu dan menjelaskan puncak ilmu yang bermanfaat disisi para Nabi dan salaf sholeh
|
وَكَشْفًا عَنْ مَنَاهِجِ الْأَئِمَّةِ الْمُتَقَدِّمِينَ وَإِيضَاحًا لِمَبَاهِي الْعُلُومِ النَّافِعَةِ عِنْدَ النَّبَيِّنِ وَالسَّلَفِ الصَّالِحِينَ
|
|
|
DAFTA ISI KITAB IHYA ULUMUDDIN
Mungkin anda bertanya kitab ihya ulumuddin berisi tentang apa sih? Untuk tau jawabannya, yuk dilanjutin baca sampai selesai.
Aku asas kitab ini atas 4 rubu' yaitu:
|
وَقَدْ أَسَّسَتْهُ عَلَى أَرْبَعَةِ أَرْبَاعٍ وَهِيَ رُبْعُ الْعِبَادَاتِ وَرُبْعُ الْعَادَاتِ وَرُبْعُ الْمَهْلِكَاتِ وَرُبْعُ الْمُنْجِيَاتِ
|
Aku mulai kalimat kitab ini dengan kitab ilmu karena ilmu agama adalah tujuan penting, supaya saya dapat membukakan lebih dahulu tentang ilmu yang mana melalui lisan Rasulullah SAW, Allah mewajibkan semuanya mencari ilmu
|
وَصَدَّرْتُ الْجُمْلَةَ بِكِتَابِ الْعِلْمِ لِأَنَّهُ غَايَةُ الْمُهِمِّ لِأَكْشَفَ أَوَّلًا عَنِ الْعِلْمِ الَّذِي تَعَبَّدَ اللَّهَ عَلَى لِسَانِ رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْأَعْيَانَ بِطَلَبِهِ
|
Karena sabda Rasulullah SAW: Menuntut ilmu agama itu wajib bagi setiap muslim
|
إِذْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
|
Lalu, aku bedakan ilmu yang bermanfaat dan yang bahaya karena Nabi SAW bersabda: saya berlindung kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat
|
وَأُميزُ فِيهِ الْعِلْمَ النَّافِعَ مِنَ الضَّارِ، إِذْ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ.
|
Saya nyatakan dengan tegas bahwa kebergeseran orang zaman now dari kebenaran tertipu dengan fata morgana(dunia) dan kepuasan mereka terhadap ilmu dengan kulitnya aja jauh dari inti sari ilmu(bukan isinya)
|
وَأُحَقِّقُ مِيلَ أَهْلِ الْعَصْرِ عَنْ شَاكِلَةِ الصَّوَابِ وَانْخِدَاعَهُم بِلَامِعِ السَّرَابِ وَاقْتِنَاعَهُمْ مِنَ الْعُلُومِ بِالْقِشْرِ عَنِ اللَبَابِ.
|
Kitab Ihya Ulumuddin, Seperempat Tema Ibadah Mencakup Sepulu Kitab
|
وَيَشْتَمِلُ رُبْعُ الْعِبَادَاتِ عَلَى عَشَرَةِ كُتُبٍ: كِتَابُ الْعِلْمِ، وَكِتَابُ قَوَاعِدِ الْعَقَائِدِ، وَكِتَابُ أَسْرَارِ الطَّهَارَةِ، وَكِتَابُ أَسْرَارِ الصَّلَاةِ، وَكِتَابُ أَسْرَارِ الزَّكَاةِ، وَكِتَابُ أَسْرَارِ الصِّيَامِ، وَكِتَابُ أَسْرَارِ الْحَجِّ، وَكِتَابُ آدَابِ تِلَاوَةِ الْقُرْآنِ، وَكِتَابُ الْأَذْكَارِ وَالدُّعَوَاتِ، وَكِتَابُ تَرْتِيبِ الْأَوْرَادِ فِي الْأَوْقَاتِ.
|
Kitab Ihya Ulumuddin Seperempat Tema Adat Mencakup Sepuluh Kitab:
|
وَأَمَّا رُبْعُ الْعَادَاتِ فَيَشْتَمِلُ عَلَى عَشَرَةِ كُتُبٍ
كِتَابُ آدَابِ الْأَكْلِ وَكِتَابُ آدَابِ النِّكَاحِ وَكِتَابُ أَحْكَامِ الْكَسْبِ وَكِتَابُ الْحَلَالِ وَالْحَرَامِ وَكِتَابُ آدَابِ الصَّحْبَةِ وَالْمُعَاشَرَةِ مَعَ أَصْنَافِ الْخَلْقِ وَكِتَابُ الْعُزْلَةِ وَكِتَابُ آدَابِ السَّفَرِ وَكِتَابُ السَّمَاعِ وَالْوُجُودِ وَكِتَابُ الْأَمْرِ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيِ عَنْ الْمُنْكَرِ وَكِتَابُ آدَابِ الْمَعِيشَةِ وَأَخْلَاقِ النُّبُوَّةِ
|
Adapun Seperempat Perkara-perkara yang Membinasakan Mencakup 10 Kitab:
|
وَأَمَّا رُبَعُ الْمَهْلِكَاتِ فَيَشْتَمِلُ عَلَى عَشَرَةِ كُتُبٍ: كِتَابُ شَرْحِ عَجَائِبِ الْقَلْبِ وَكِتَابُ رِيَاضَةِ النَّفْسِ وَكِتَابُ آفَاتِ الشَّهْوَتَيْنِ: شَهْوَةُ الْبَطْنِ وَشَهْوَةُ الْفَرْجِ وَكِتَابُ آفَاتِ اللِّسَانِ وَكِتَابُ آفَاتِ الْغَضَبِ وَالْحَقَدِ وَالْحَسَدِ وَكِتَابُ ذَمِّ الدُّنْيَا وَكِتَابُ ذَمِّ الْمَالِ وَالْبُخْلِ وَكِتَابُ ذَمِّ الْجَاهِ وَالرِّيَاءِ وَكِتَابُ ذَمِّ الْكِبْرِ وَالْعَجَبِ وَكِتَابُ ذَمِّ الْغُرُورِ
|
Adapun Seperempat Perkara-perkara yang Menyelamatkan, maka mencakup sepuluh kitab:
|
وَأَمَا رُبُعُ الْمُنْجِيَاتِ فَيَشْتَمِلُ عَلَى عَشَرَةِ كُتُبٍ: كِتَابُ التَّوْبَةِ وَكِتَابُ الصَّبْرِ وَالشُّكْرِ وَكِتَابُ الْخَوْفِ وَالرَّجَاءِ وَكِتَابُ الْفَقْرِ وَالزُّهْدِ وَكِتَابُ التَّوْحِيدِ وَالتَّوَكُّلِ وَكِتَابُ الْمَحَبَّةِ وَالشَّوْقِ وَالْأَنْسِ وَالرِّضَا وَكِتَابُ النِّيَّةِ وَالصِّدْقِ وَالْإِخْلَاصِ وَكِتَابُ الْمُرَاقَبَةِ وَالْمُحَاسَبَةِ وَكِتَابُ التَّفَكُّرِ وَكِتَابُ ذِكْرِ الْمَوْتِ
|
Adapun seperempat ibadah maka aku sebut tentang adab-adab ibadah yang samar(tersembunyi), detail-detail sunnahnya, dan rahasia makna ibadah, yaitu perkara-perkara yang sangat dibutuhkan oleh orang alim yang mengamalkan ilmunya. bahkan tidaklah menjadi ulama akhirat orang yang tidak melihatnya. Kebanyakan dari itu termasuk apa yang lalai(jarang dikupas) dalam fan ilmu fiqih
|
فَأَمَّا رُبْعُ الْعِبَادَاتِ فَأُذْكُرُ فِيهِ خَفَايَا آدَابِهَا وَدَقَائِقَ سُنَنِهَا وَأَسْرَارَ مَعَانِيهَا مَا يَضُطُّرُ الْعَالِمُ الْعَامِلُ إِلَيْهِ بَلْ لَا يَكُونُ مِنْ عُلَمَاءِ الْآخِرَةِ مَنْ لَا يَطَّلِعُ عَلَيْهِ وَأَكْثَرَ ذَلِكَ مِمَّا أَهْمَلَ فِي فَنِّ الْفَقَهِيَّاتِ
|
Adapun rubu' tradisi, maka didalamnya aku sebut rahasia-rahasia pergaulan yang berlaku di antara manusia, dasar-dasarnya, detail kesunnahannya dan wara' yang tersembunyi dalam tempat tempat berlakunya muamalah. Itu semua merupakan hal yang mesti dibutuhkan oleh orang yg berpegang teguh dalam beragama |
وَأَمَّا رُبْعُ الْعَادَاتِ فَأُذْكُرُ فِيهِ أَسْرَارَ الْمُعَامَلَاتِ الْجَارِيَةِ بَيْنَ الْخَلْقِ وَأَغْوَارَهَا وَدَقَائِقَ سُنَنِهَا وَخَفَايَا الْوَرَعِ فِي مَجَارِيْهَا وَهِيَ مِمَّا لَا يَسْتَغْنِي عَنْهَا مُتَدَيِّنٌ
|
Adapun seperempat yang membinasakan, maka aku sebut di situ setiap akhlak yang tercela, dimana AlQuran sudah menjelaskannya agar dijauhi dan juga bagaimana cara membersihkan diri darinya, dan menyucikan hati dari akhlak mazmumah, Dari setiap satu dari akhlak tersebut aku sebut pengertiannya dan hakikatnya, kemudian aku akan jelaskan penyebab lahirnya akhlak mazmumah, bahaya-bahaya diakibatkannya, tanda-tanda yang bisa kita ketahui, lalu cara mengobati yg dapat melepaskan darinya, seluruhnya itu disertai dalil-dalil Al-Quran, hadis, dan atsar
|
وَأَمَا
رُبْعُ الْمُهْلِكَاتِ فَأَذْكُرُ فِيهِ كُلَّ خُلُقٍ مَذْمُومٍ وَرَدَ
الْقُرْآنُ بِإِمَاطَتِهِ وَتَزَكِّيَةَ النَّفْسِ عَنْهُ وَتَطْهِيرَ الْقَلْبِ
مِنْهُ
وأُذْكُرُ مِنْ كُلِّ وَاحِدٍ مِنْ تِلْكَ الْأَخْلَاقِ حَدَّهُ وَحَقِيقَتَهُ ثُمَّ أُذْكُرُ سَبَبَهُ الَّذِي مِنْهُ يَتَوَلَّدُ ثُمَّ الْآفَاتِ الَّتِي عَلَيْهَا تُتَرَتَّبُ ثُمَّ الْعَلَامَاتِ الَّتِي بِهَا تُتَعَرَّفُ ثُمَّ طُرُقَ الْمُعَالَجَةِ الَّتِي بِهَا مِنْهَا يُتَخَلَّصُ كُلُّ ذَلِكَ مُقَرَّنًا بِشَوَاهِدِ الْآيَاتِ وَالْأَخْبَارِ وَالْآثَارِ
|
Adapun seperempat yang menyelamatkan, maka aku sebut di situ setiap akhlak terpuji, dan prilaku yang disenangi(خِصْلَةٍ) dari prilaku orang orang yg dekat dengan Allah dan orang-orang yang jujur dengannya dimana dengan bertingkah laku tersebut seorang hamba bisa(meniru) mendekatkan diri kepada Tuhan alam semesta
|
وَأَمَّا رُبُعُ المُنْجَيَاتِ فَأُذْكُرُ فِيهِ كُلَّ خُلُقٍ مَحْمُودٍ وَخِصْلَةٍ مُرْغُوبٍ فِيهَا مِنْ خِصَالِ المُقَرَّبِينَ وَالصَّدِيقِينَ الَّتِي بِهَا يَتَقَرَّبُ العَبْدُ مِنْ رَبِّ العَالَمِينَ.
|
Setiap prilaku yang disenangi (خِصْلَةٍ) aku juga sebut definisinya, hakikatnya dan penyebabnya yang dengan penyebab ini menjadikan orang tertarik. juga aku jelaskan buah dari خِصْلَةٍ dengan nya bisa diambil faedah. aku jelaskan tanda-tanda خِصْلَةٍ tersebut agar orang dapat mengenalinya, juga aku jelaskan keutamaannya agar orang bisa suka, penjelasan ini diambil dari dalil Naqli dan dalil aqli
|
وَأَذْكُرْ فِي كُلِّ خَصْلَةٍ حَدَّهَا وَحَقِيقَتَهَا وَسَبَبَهَا الَّذِي بِهِ تُجْتَلَبُ وَثَمَرَتَهَا الَّتِي مِنْهَا تُسْتَفَادُ وَعَلَامَتَهَا الَّتِي بِهَا تُتَعَرَّفُ وَفَضِيلَتَهَا الَّتِي لِأَجْلِهَا فِيهَا يُرْغَبُ مَعَ مَا وَرَدَ فِيهَا مِنْ شَوَاهِدِ الشَّرْعِ وَالْعَقْلِ
|
Orang-orang sudah mengarang beberapa karya mereka tentang sebagian makna-makna ini, tetapi kitab ini berbeda dengan kitab-kitab tersebut dengan lima hal: Pertama: melepas yang mereka ikatikat(masih belum begitu jelas) dan menjelaskan yang mereka globalkan Kedua: mengurutkan apa yang belum teratur dan menyusun apa yang masih terpisah-pisah Ketiga: Meringkas yang mereka panjang lebarkan, dan mengoreksi apa yang mereka tetapkan
|
وَلَقَدْ صُنِّفَ النَّاسُ فِي بَعْضِ هَذِهِ الْمَعَانِي كُتُبًا وَلَكِنَّ يَتَمَيَّزُ هَذَا الْكِتَابُ عَنْهَا بِخَمْسَةِ أُمُورٍ.
الأول حَلُّ ما عَقْدُوهُ وَكَشْفُ ما أَجْمَلُوا
الثاني تَرْتِيبُ ما بَدَّدُوهُ وَنَظَمُ ما فَرَّقُوهُ
الثالث إِيجَازُ ما طَوَّلُوهُ وَضَبْطُ ما قَرَّروهُ
|
Keempat: membuang apa yang mereka ulang-ulang dan menetapkan yang mereka tuliskan Kelima: mentahqiq perkara-perkara masih rancu, yang masih sulit dipahami lagi tidak disebut di kitab-kitab sama sekali. Karena semuanya walaupun datang atas satu metode, maka tidak heran setiap orang hanya mengingatkan perkara yang khusus baginya, dan lupa dari teman temannya
Atau tidak lupa untuk mengingatkan, tapi lupa menyebutkan di kitab
Atau tidak lupa, tapi sesuatu yang memalingkan telah memalingkannya untuk membuka tutupnya |
الرابع حَذْفُ ما كَرَّروهُ وَإِثْبَاتُ ما حَرَّروهُ
الخامس تَحْقِيقُ أُمُورٍ غَامِضَةٍ اِعْتَاصَتْ عَلَى الأَفْهَامِ لَمْ يَتَعَرَّضْ لَهَا فِي الكُتُبِ أَصْلاً
إِذَ الْكُلُّ وَإِنْ تَوَارَدُوا عَلَى مَنْهَجٍ وَاحِدٍ فَلَا مُسْتَنْكِرُ أَنْ يَتَفَرَّدَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنَ السَّالِكِينَ بِالتَّنْبِيهِ لِأَمْرٍ يَخْصُهُ وَيَغْفُلَ عَنْهُ رَفِقَاؤُهُ أَوْ لَا يَغْفُلْ عَنِ التَّنْبِيهِ وَلَكِنْ يَسْهُو عَنْ إِيْرَادِهِ فِي الْكُتُبِ أَوْ لَا يَسْهُو وَلَكِنْ يُصَرِّفُهُ عَنْ كَشْفِ الْغِطَاءِ عَنْهُ صَارِفٌ
|
Ini adalah kekhususan kitab ihya ulumuddin ini, serta mencakup kumpulan ilmu ilmu ini
Adapun yang mendorong saya membuat isi kitab ihya ulumuddin ini ada empat rubu’ adalah ada dua perkara
Salah satunya, yaitu pendorong yang asli, bahwa urutan dalam mentahkik dan memahamkan adalah seperti sesuatu yang semesti
|
فَهَذِهِ خَوَاصُ هَذَا الْكِتَابِ مَعَ كَونِهِ حَاوِيًا لِمَجَامِعِ هَذِهِ الْعُلُومِ
وَإِنَّمَا حَمَلَنِي عَلَى تَأْسِيسِ هَذَا الْكِتَابِ عَلَى أَرْبَعَةِ أَرْبَاعٍ أَمْرَانِ
أَحَدُهُمَا وَهُوَ الْبَاعِثُ الْأَصْلِيُّ أَنَّ هَذَا التَّرْتِيبَ فِي التَّحْقِيقِ وَالتَّفْهِيمِ كَالضَّرُورَةِ
|
Karena ilmu yang dibuat untuk mengarah ke akhirat itu terbagi menjadi ilmu muamalah dan ilmu mukasyafah
|
لِأَنَّ الْعِلْمَ الَّذِي يُتَّوَجَّهُ بِهِ إِلَى الْآخِرَةِ يَنْقَسِمُ إِلَى عِلْمِ الْمُعَامَلَةِ وَعِلْمِ الْمُكَاشَفَةِ
|
Saya maksud tentang ilmu mukasyafah adalah ilmu untuk mengungkap pengetahuan saja, dan saya maksudkan ilmu muamalah adalah ilmu untuk mengungkap dan melakukannya
|
وَأَعْنِي بِعِلْمِ الْمُكَاشَفَةِ مَا يُطْلَبُ مِنْهُ كَشْفُ الْمَعْلُومِ فَقَطْ وَأَعْنِي بِعِلْمِ الْمُعَامَلَةِ مَا يُطْلَبُ مِنْهُ مَعَ الْكَشْفِ الْعَمَلُ بِهِ
|
Tujuan dari kitab ihya ini adalah ilmu
muamalah saja, bukan ilmu mukasyafah yang tidak ringan untuk
memasukkannya didalam beberapa kitab meskipun itu menjadi puncak tujuan para
penuntut ilmu dan harapan pandangan para siddiqin(puncak orang yang
bersungguh2 ingin wusul kepada Allah)
|
وَالْمَقْصُودُ
مِنْ هَذَا الْكِتَابِ عِلْمُ الْمُعَامَلَةِ فَقَطْ دُونَ عِلْمِ
الْمُكَاشَفَةِ الَّتِي لَا رُخْصَةَ فِي إِيدَاعِهَا الْكُتُبَ وَإِنْ
كَانَتْ هِيَ غَايَةٌ مَقْصَدِ الطَّالِبَيْنِ وَمَطْمَعَ نَظَرِ الصَّدِيقَيْنِ
|
Dan ilmu muamalah adalah jalan
kepadanya(ilmu mukasyafah), tetapi para
Nabi-semoga rahmat Allah tetap atas mereka- tidak membicarakannya bersama umat kecuali tentang ilmu jalan dan petunjuk kepadanya
|
وَعِلْمُ
الْمُعَامَلَةِ طَرِيقٌ إِلَيْهِ وَلَكِنْ لَمْ يَتَكَلَّمِ الْأَنْبِيَاءُ
صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِمْ مَعَ الْخَلْقِ إِلَّا فِي عِلْمِ الطَّرِيقِ
وَالْإِرْشَادِ إِلَيْهِ
|
Adapun ilmu mukasyafah, maka para nabi tidak membicarakannya kecuali dengan tanda dan isyarat atas jalan perumpamaan
dan bahasa global, karena mereka mengetahui sempitnya pemahaman umat untuk
menanggungnya(nalar gak akan sampe)
|
وَأَمَّا
عِلْمُ الْمُكَاشَفَةِ فَلَمْ يَتَكَلَّمُوا فِيهِ إِلَّا بِالرَّمْزِ
وَالْإِيمَاءِ عَلَى سَبِيلِ التَّمْثِيلِ وَالْإِجْمَالِ عِلْمًا مِنْهُمْ
بِقُصُورِ أَفْهَامِ الْخَلْقِ عَنْ الْاِحْتِمَالِ
|
Sementara ulama itu pewaris para nabi,
maka mereka tidak mempunyai jalan untuk bergeser dari jalan mengetahui dan
mengikutinya.(nabi aja gak membahas apalagi pewarisnya)
|
وَالْعُلَمَاءُ
وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ فَمَا لَهُمْ سَبِيلٌ إِلَى الْعُدُولِ عَنْ نَهْجِ
التَّأْسِي وَالْاِقْتِدَاءِ
|
Lalu, ilmu muamalah itu terbagi
menjadi ilmu dhohir, saya maksud ilmu tentang perbuatan anggota tubuh, dan
ilmu batin yaitu ilmu tentang amalan-amalan hati
|
ثُمَّ إِنَّ
عِلْمَ الْمُعَامَلَةِ يَنْقَسِمُ إِلَى عِلْمِ ظَاهِرٍ أَعْنِي الْعِلْمَ
بِأَعْمَالِ الْجَوَارِحِ وَإِلَى عِلْمِ بَاطِنٍ أَعْنِي الْعِلْمَ بِأَعْمَالِ
الْقُلُوبِ وَالْجَارِي عَلَى الْجَوَارِحِ إِمَّا عَادَةٌ وَإِمَا عِبَادَةٌ
|
Dan yang dilakukan oleh anggota badan, baik yang tradisi atau ibadat
Sedangkan yang datang pada hati yang
mana itu terhalang dari indra-indra adalah termasuk alam ghoib, adakalnya
terpuji dan tercela.
Maka sesuatu hal wajib dari ilmu ini
terbagi menjadi dua bagian, dhohir wal batin. Bagian dhohir yang berhubungan
dengan anggota tubuh itu terbagi menjadi adat dan ibadah.
|
وَالْجَارِي
عَلَى الْجَوَارِحِ إِمَّا عَادَةٌ وَإِمَا عِبَادَةٌ
وَالْوَارِدُ
عَلَى الْقُلُوبِ الَّتِي هِيَ بِحُكْمِ الْاِحْتِجَابِ عَنِ الْحَوَاسِ مِنْ
عَالَمِ الْمَلَكُوتِ، إِمَّا مَحْمُودًا وَإِمَّا مَذْمُومًا.
فَبِالْوَاجِبِ
انْقَسَمَ هَذَا الْعِلْمُ إِلَى شَطْرَيْنِ ظَاهِرٍ وَبَاطِنٍ. وَالشَّطْرُ
الظَّاهِرُ الْمُتَعَلِّقُ بِالْجَوَارِحِ انْقَسَمَ إِلَى عَادَةٍ وَعِبَادَةٍ.
|
Sedangkan bagian batin yang
berhubungan dengan keadaan hati dan budi pekerti itu terbagi menjadi mazmumah
dan mahmudah
Maka kumpulannya adalah empat bagian,
dan pandangan ilmu muamalah tidak lepas dari pembagian-pembagian ini
|
وَالشَّطْرُ
الْبَاطِنُ الْمُتَعَلِّقُ بِأَحْوَالِ الْقَلْبِ وَأَخْلَاقِ النَّفْسِ
انْقَسَمَ إِلَى مَذْمُومٍ وَمَحْمُودٍ.
فَكَانَ
الْمَجْمُوعُ أَرْبَعَةَ أَقْسَامٍ وَلَا يَشْذُ نَظَرٌ فِي عِلْمِ
الْمُعَامَلَةِ عَنْ هَذِهِ الْأَقْسَامِ.
|
FAKTOR IMAM AL-GHAZALI MENULIS KITAB IHYA ULUMUDDIN
Faktor kedua(Imam Ghazali mengarang
kitab ihya) adalah:
Bahwasanya saya melihat antusias dari
para penuntut ilmu itu benar-benar terhadap ilmu fiqh saja yang mana ilmu itu
pantas di sisi orang yang tidak takut kepada Allah SWT, yang berkedok
dengannya untuk bermegah-megah dan menampakkan pangkat dan kedudukan dalam
berkompetisi
|
الْبَاعِثُ
الثَانِي:
أَنِّي رَأَيْتُ الرَّغْبَةَ مِن طُلَبَةِ
الْعِلْمِ صَادِقَةً فِي الْفِقْهِ الَّذِي صَلَحَ عِندَ مَنْ لَا يَخَافُ
اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى المُتَدَرِّعِ بِهِ إِلَى الْمُبَاهَاةِ وَالِاسْتِظْهَارِ
بِجَاهِهِ وَمَنْزِلَتِهِ فِي الْمُنَافَسَاتِ
|
Itu (fiqh) tersusun atas empat
perempatan (rubu').
Orang berhias dengan perhiasan yang
disukai maka ia disukai juga. Maka saya tidak menjauhkan bentuk kitab ini
dengan bentuk fiqh karena ingin menarik hati(pembaca) secara halus |
وَهُوَ مُرْتَبٌ عَلَى
أَرْبَعَةِ أَرْبَاعٍ وَالْمُتَزَيِّي بِزِيِّ
الْمَحْبُوبِ مَحْبُوبٌ فَلَمْ أُبَعِّدْ أَنْ يَكُونَ تَصْوِيرَ الْكِتَابِ
بِصُورَةِ الْفِقْهِ تَلَطُّفًا فِي اِسْتِدْرَاجِ الْقُلُوبِ.
|
Oleh karena itu, sebagian orang yang
bermaksud menarik kecenderungan hati para pembesar(pejabat) kepada ilmu kedokteran,
ia (penulis)membuatnya berbentu takwim perbintangan(astronomi) dengan dibuat
dalam kolom dan angka-angka dan diberinya nama takwim medis agar pejabat-pejabat
itu tertarik kepada jenis itu sehingga tertarik untuk mengkajinya
|
وَلِهَذَا
تَلَطَفَ بَعْضُ مَنْ رَامَ اسْتِمَالَةَ قُلُوبِ الرُّؤَسَاءِ إِلَى الطِّبِ
فَوَضَعَهُ عَلَى هَيْئَةِ تَقْوِيمِ النُّجُومِ مَوْضُوعًا فِي الْجَدَاوِلِ
وَالرَّقَوْمِ وَسَمَّاهُ تَقْوِيمَ الصِّحَّةِ لِيَكُونَ أَنَّسُهُمْ بِذَلِكَ
الْجِنْسَ جَاذِبًا لَهُمْ إِلَى الْمُطَالَعَةِ
|
Nah, Ber marketing dalam menarik hati
kepada ilmu yang berguna pada hidup abadi adalah lebih penting dari pada
berbuat ber marketing dalam menarik hati kepada kesehatan badan.
|
وَالتَّلَطُّفُ
في اجْتِذَابِ الْقُلُوبِ إِلَى الْعِلْمِ لَّذِي يُفِيدُ حَيَاةَ الْأَبَدِ
أَهَمُّ مِنَ التَّلَطُّفِ فِي اجْتِذَابِهَا إِلَى الطِّبِ الَّذِي لَا يُفِيدُ
إِلَّا صِحَّةَ الْجَسَدِ
|
Buah ilmu ihya ini adalah mengobati
hati dan ruh yang sampai kepada hidup yang kekal. Maka di manakah (nilai)
ilmu kedokteran yang mengobati tubuh sedangkan tubuh pasti dihadapkan kepada
kerusakan dalam waktu dekat, dibanding dengan ilmu pengobatan hati? Maka kita
mohon kepada Allah Yang Maha Suci akan kemudahan petunjuk dan kebenaran, sesungguhnya
Dia Maha Mulia lagi Maha Penderma.
|
فَثَمَرَةُ هَذَا الْعِلْمِ طِبُّ
الْقُلُوبِ وَالْأَرْوَاحِ الْمَتَوَصِّلِ بِهِ إِلَى حَيَاةٍ تَدُومُ أَبَدَ
الْآبَادِ فَأَيْنَ مِنْهُ الطِّبُ الَّذِي يُعَالِجُ بِهِ الْأَجْسَادُ وَهِيَ
مُعَرَّضَةٌ بِالضَّرَرِ فِي أَقْرَبِ الْآمَادِ فَنَسْأَلُ اللَّهَ سُبْحَانَهُ
التَّوْفِيقَ لِلرِّشَادِ وَالسِّدَادِ إِنَّهُ كَرِيمٌ جَوَّادٌ
|
Demikianlah muqaddimah buku ihya ulumuddin juz 1 karangan Imam Al-Ghazali, Sengaja saya tidak membuat kitab ihya ulumuddin pdf agar lebih mudah buat pembaca. Semoga bermanfaat.
Belum ada Komentar untuk "Muqaddimah Kitab Ihya Ulumuddin Teks Arab Berharokat"
Posting Komentar